Wednesday, July 29, 2009

Tahmid Shubuh

*a poem)

alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah
untaian tahmid tidak pernah lepas dari mulutnya begitu bangun di pagi hari
sensasi dingin yang sempat menyusup tulang tidak berhasil menyelewengkan pikirannya
alhamdulillah dia masih bisa merasakan dingin
alhamdulillah dia masih bisa merasakan sakit yang selama sekian tahun terakhir selalu menghujamnya
entah sampai kapan Allah mengujinya
namun dia bahagia karena Dia masih ada untuknya
dalam setiap keluhan dan isakan panjang yang hanya ia simpan dalam hatinya

alhamdulillah pagi menyapa tanpa peluru mendesing di kepala
alhamdulillah pagi datang tanpa lapar menendang perutnya karena nasi goreng semalam
alhamdulillan pagi tiba tanpa kekuatiran akan tujuan hidupnya
alhamdulillah iman itu masih dia pegang

pagi menjelma siang
siang menggantikan malam
siklus waktu yang menenggelamkan manusia dalam kesibukan duniawi
bekerja, bekerja dan terus bekerja lagi
alhamdulillah di saat dia ikut terjerumus arus Dia selalu menyadarkannya dalam setiap cukilan peristiwa
tersembunyi tanpa bermaksud tidak kelihatan
hanya manusia yang membedakan dalam setiap cara ia memandang

seperti pagi ini
manusia bergerak bagai mayat tanpa nurani dan pikiran
berpacu melawan waktu dan macetnya jakarta
tapi ada seorang ibu tua dengan gendongan sayur di punggungnya
menanti dengan sabar surutnya arus untuk menyeberang
tapi adakah sepasang mata yang memperhatikan
berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus pasang mata dalam mobil melintas
tapi tak satupun yang memperhatikan
termasuk dia hingga dia menangkap sosok ibunya di tubuh renta perempuan itu

mengapa semuanya harus dibalikkan kepadanya
apakah harga manusia tidak sama
mereka juga makhluk yang punya perasaan
yang perasaan itu bisa padam tergerus kemunafikan dunia
mereka juga makhluk yang punya nurani
yang nurani itu bisa hilang tergantikan tirani
mereka juga makhluk yang punya nyawa
yang nyawa itu kini dihargai dua ratus ribu

pertanyaan itu berputar-putar dalam kepalanya
menambah ketidaktahuannya tentang dunia dan penciptanya
menambah kerinduannya padaNya
cintanya pada maha cinta

Monday, July 20, 2009

Adek buat Kakak

Sabtu adalah saatnya me time alias nyalon. Waktu itu ada adek kecil yang mau potong rambut dianterin mamanya. Imuuut banget, jadi semua ibu-ibu dan mba-mba di situ langsung ngerubuti. Namanya siapa? Umurnya berapa? Udah punya adek belum? Ibunya Aisyah yang gantian jawab, "belum mba, Aisyah masih kecil, ntar kalo udah masuk tk".

Aku jadi teringat pembicaraan setahun yang lalu antara mas dan mba iparku. Mereka menyampaikan kabar gembira kalo Kiky, anak mereka yang pertama, bakal mempunyai adek. Tapi mereka juga cemas, takut kalo Kiky belum siap dengan adanya anak lain, yang berari perhatian dan kasih sayang orang tuanya tidak lagi 100% untuknya. Akan ada orang lain yang akan berbagi mama dan ayah dengannya.

Bagaimana caranya memberi pengertian kepada anak umur 3 tahun bahwa keberadaan adek tidak akan mengubah cinta mama ayahnya. Bahkan kehidupannya akan lebih ceria, karena akan ada teman bermain.

Seringkali ketidaksiapan seorang anak dengan kehadiran adek akan membawa masalah. Anak tersebut cenderung bersikap agresif untuk mencari perhatian orang tua. Orang tua seringkali lalai disibukkan dengan si kecil sehingga melupakan sang kakak. Perubahan sikap kakak bila terus dibiarkan, maka sang kakak dikuatirkan akan tumbuh menjadi anak yang sulit diatur. Kondisi seperti ini sering kita lihat di reality show dari luar seperti 'Super Nany' atau 'Nany 911'. Siapa yang patut disalahkan jika sang kakak tumbuh menjadi troble maker? Sudah tentu orang tuanya. Mereka seharusnya tidak membedakan kasih sayang dan perhatian antara si kecil dengan sang kakak. Mengurus bayi memang tidak gampang. Jadi lebih baik lagi jika sang kakak ikut dilibatkan dalam menjaga si kecil, misalnya diajak main bareng. Tapi pemberian pemahaman kepada sang kakak mengenai kehadiran calon adek harus dilakukan sedini mungkin. Tambahan, untuk kasus kakakku, dia membuat semacam distribusi tugas dengan istrinya. Masalah menyusui sudah tentu menjadi bagian istri, dan hal lainya yang menyangkut si kecil, tapi kalau sang kakak sudah mulai rewel, maka ayah mesti komunikasi dengan sang kakak, bermain bersama atau sekedar menghabiskan waktu bersama.

Tapi justru itu yang paling susah. Bagaimana caranya berkomunikasi dengan balita tentang calon adek. Belum lagi klo tuh anak nanyain gmn caranya bikin adek... Pintar-pintarnya orang tua bagaimana menjelaskan. Kayak lo dah jadi orang tua aja neng... Memasukkan anak ke play group juga merupakan salah satu media untuk menyiapkan sang kakak. Anak diajak untuk belajar berkomunikasi dengan orang lain. Contohnya Kiky, meskipun usianya masih 4 tahun, tapi dia sudah nyambung diajak ngobrol. Dia yang semula selalu minta dibikinin susu hanya oleh mamanya, sekarang dia tidak begitu mempermasalahkan siapa yang bikin. Jika dia mulai susah diatur, maka ayahnya akan turun tangan mengajaknya main mobil-mobilan bersama.

Jomblo = Sukses


Condoleezza Rice dan Dalia Grybauskaite. Apa persamaan keduanya? Mereka adalah wanita sukses yang mematahkan dominasi kepemimpinan laki-laki dunia. Dan keduanya berstatus lajang alias single. Di usia mereka yang 'matang', mereka fine-fine aja dengan status mereka. Kenapa dan bagaimana, kita tidak tahu. Lain lagi dengan Queen Elizabenth 1 atau yang dikenal dengan The Virgin Queen. Sepanjang hidupnya dia tidak menikah selain dengan Inggris. Dia memilih untuk tidak menikah karena memang jomblo adalah suatu pilihan.

Jomblo tidak selalu berarti tidak laku. Siapa sih yang ga mau mendapatkan wanita cantik dan cerdas seperti Dalia? Jomblo tidak juga berarti terlalu picky. Well, awalnya mungkin demikian, tapi akhirnya banyak wanita yang karena faktor usia memutuskan untuk menikah dengan seseorang yang 180 derajat berbeda dengan kriteria semula. Udah ada yang mau aja syukur neng.. daripada jadi perawan tua..

Kenapa wanita seperti Dalia atau Rice memutuskan tidak menikah? Apalagi yang mereka kejar di saat karir, kesuksesan, dan kekayaan tentunya, sudah di tangan? Ada beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama, menikah bukan merupakan prioritas mereka. Mereka mempunyai prioritas lain yang jauh lebih penting dibandingkan dengan membentuk keluarga. Nasib tiga juta penduduk Lithuania lebih penting dibandingkan dengan kebahagiaan sendiri. Dengan begitu mereka bisa lebih fokus pada kerjaan.

Kemungkinan kedua adalah tidak ada waktu. Mereka sudah cukup disibukkan dengan meeting, perjalanan keluar negeri, penandatanganan ini itu, sehingga tidak ada waktu untuk kencan. Lagian pria seperti apa yang berani ngajak keluar ibu presiden...?

Kemungkinan ketiga, mereka mempunyai trauma dengan namanya relationship. Bisa jadi mereka dibesarkan dari keluarga broken home, jadi mereka tidak mau mengulangi pengalaman orang tuanya. Atau dulunya mereka sering dikhianati pasangan. Hal ini yang menyebabkan mereka anti dengan yang namanya pernikahan. Who's know?

Kemungkinan keempat, karena mereka merasa tidak membutuhkan pria dalam hidupnya. Hidupnya sudah content tanpa suami dan anak-anak. Mereka adalah tipe super woman yang bisa melakukan apa-apa sendiri. Dah jadi presiden, pemegang ban hitam karat, kurang apalagi coba?

Sesuai posting sebelumnya, pernikahan mempunyai tanggung jawab dan konsekuensi, diantaranya perasaan untuk saling berbagi, saling menghargai, saling berkorban, saling memahami, dll. Bisa saja wanita seperti mereka sukses dalam pekerjaan, a great leader, organisator handal, tapi untuk urusan suami istri belum tentu. Makanya tidak sedikit jika karier sudah mulai menanjak, mulai muncul masalah dalam rumah tangga dan banyak yang berakhir dengan perceraian. Jadi maksudnya mesti ada yang dikorbankan salah satu gitu jeung? Kalau itu mah.. tergantung orangnya, can he/she keep it balance or not.

Itu adalah kemungkinan beberapa alasan wanita memilih untuk melajang. Bisa juga pilihan itu dibentuk oleh kondisi. Ada stigma bahwa wanita sukses sulit memperoleh jodoh karena pria merasa minder untuk mendekati. Karena merasa kurang berpendidikan lah, gajinya masih di bawah si wanita, karirnya belum seberapa n so on n so on. Pada dasanya setiap wanita ingin menikah, ingin mempunyai pasangan yang dapat menjadi teman sehidup semati. Tidak jarang wanita menargetkan untuk menikah di usia 23, misalnya. Ternyata sekarang sudah 25 tahun, makanya rencana married di-reshcedule pada umur 27 tahun. Menjelang umur 30, tidak ada satupun hubungan yang bertahan. Kini usia sudah kepala tiga, tekanan dan pertanyaan datang dari sana-sini. Hingga akhirnya menjadi kebas dan tahu-tahu sudah hampir kepala empat. Lama-kelamaan keinginan untuk menikah terlupakan dengan sendirian. Jadi perawan tua donk nek...!

Sunday, July 19, 2009

Status [pacar] palsu

Hari minggu kemarin aku melihat kepiawaian Uya menghipnotis salah seorang pengunjung mal dalam acara 'Uya memang Kuya'. Berbeda dengan acar sulap atau magic lainnya yang sering diidentikkan dengan misteri dan serba hitam, dalam acara itu Uya mengemasnya dengan sentuhan humor yang menurutku malah lebih menarik. Bukan bermaksud membandingkan dengan acara sulap lainnya, tapi sepertinya kurang pantes jika pesulap cilik juga memakai kostum yang serba hitam-hitam. Bukankah lebih baik berpenampilan ceria colorful disesuaikan dengan umur mereka?

Tapi bukan itu yang ingin kukomentari. Dalam acara itu, setelah menghipnotis salah seorang pengunjung, yang kurang beruntung waktu itu, Uya lantas memberikan beberapa pertanyaan. Dalam kondisi seperti itu, orang pasti memberi jawaban jujur. Dan dasar Uya usil, dia bertanya yang engga - engga, misalnya apakah dia pernah melihat film biru? Apakah dia pernah membayangkan melakukannya dengan temannya? Apakah dia naksir salah satu temen mainnya? Pokoknya keluarlah semua borok dan rahasianya, ck ck ck... Yang paling ngenes adalah saat cowok itu, yang ternyata sudah punya pacar, ditanya kenapa sudah punya pacar tapi masih suka dengan teman ceweknya itu? Jawabnya 'karena ga kesampean..' Penonton yang ada di lokasi itu langsung komen 'heeeh'. Malang sekali nasibmu mas..

Jawaban itu membuatku berpikir tentang makna suatu hubungan. Kasihan sekali mas itu. Tapi yang paling kasihan adalah pacarnya. Tahukah ceweknya bahwa sebenarnya dia hanya pelampiasan hasrat yang tidak terpenuhi? Mungkin dulunya blum, tapi abis acara itu ditanyangin, orang se-Indonesia raya juga tau.. Jadi apa arti kehadiran cewek itu kalau pikirannya masih ke cewek idaman lain alias CIL. Maksa banget ya? Statusnya sudah jadian dengan cowok lain tapi tetap teringat mantan, dikit-dikit ngebandingin . Apakah pacar hanya sebatas status? Jadi biar difesbuk bisa ditulis klo lagi in relationship dengan si A. Jadi inget lagunya Vidi Aldiano yang Status Palsu. Terpaksa aku mencintai dirimu/ Hanya untuk status palsu/ Setengah hati kujalani cinta/ Karena aku tak suka denganmu... (mulai deh nyanyi...)

Apakah pacaran hanya untuk membuktikan bahwa dia manusia normal? Maksudnya, pacaran dengan lawan jenis untuk mengcover jati dirinya yang sebenernya homoseksual. Atau pacaran biar dibilang anak gaul? Ataukah hanya untuk membuktikan bahwa dia mampu menggaet cewek?

Pacaran bisa diartikan bukti kepemilikan kalau cewek itu adalah punya cowok itu, Jadi jangan coba-coba deketin. Tapi sayangnya pacaran tidak punya bukti tertulis seperti BPKP. Emang disamain ama motor..? Pacaran memang tidak bisa menjamin hubungan yang serius. Mungkin banyak yang beranggapan kalau pacaran hanya untuk having fun, iseng, buat nemenin kemana aja. Tapi tidak bisa disangkal kalau sedikit banyak perasaan ikut terbawa. Klo putus aja.. nangis lima hari lima malam...

Sebelum memutuskan untuk melakoni 'status palsu pacaran', pernahkah mereka memikirkan perasaan orang yang mereka tipu? Bagaimana jika dia berada posisi mereka? Jalan bareng sih iya, tapi hati sepenuhnya milik cewek lain. Justru gw nerima dia karena gak tega, dia ngejar2 gw terus..Mungkin aja ntar lama2 gw juga suka ama dia.. Ada yang bilang kalau perasaan sayang lama kelamaan bisa timbul. Tapi itu hanya satu dari beberapa ratus kasus, jadi tidak bisa digeneralisasikan. Klo gw pacaran ama dia karena dia tajir.. Kalau ini murni kriminalitas, sama sekali tidak bisa ditolerir. Gw terpaksa pacaran ama dia, karena ga ada pilihan lain.. cuma dia yang mau ama gw.. No comment deh!

Jadi mendingan jangan maksain. Terlebih lagi membohongi orang lain. Status pacaran tidak perlu kalau memang dua orang itu sudah sama-sama tahu saling suka dan sayang. Menurutmu?

Thursday, July 16, 2009

ready to marry?

Oleh-oleh dari pulang kampung kemarin bukannya kripik nangka atau apel, tapi pertanyaan retoris. KAPAN? Tahulah maksudnya... Kapan mo married? Ditunggu loh undangannya.. Pertanyaan retoris karena memang tidak ada jawaban. Well, akunya yang tidak punya jawaban.. Tapi ternyata jawaban Maret, tahun ini, atau tahun depan, tidak akan bakal menghentikan pertanyaan orang-orang yang serba ingin tahu. Mereka ga semata ingin tau kalee... mo ngingetin ajah.. Setelah menikah nantinya kita akan ditanya, kapan niy ada momongan? Belum juga berhenti sampai di situ. Habis itu akan ditanya, si kecil kapan dapat adek lagi? Capek deh klo dengerin omongan orang. Kayaknya mendingan dirimu, aku abis married malah ditanya, mana suaminya? Sebel... Keluh temenku yang setelah menikah terpaksa harus hidup terpisah. Sang istri sedang menuntaskan master di bandung, sedangkan sang suami menjadi bujangan lokal di pedalaman Kalimantan.

Menurutku kita belum dikasih karena memang kita belum siap. Ada waktunya sendiri buat masing-masing orang. Tidak semuanya bisa diraih dalam sekali waktu. Tapi percayalah bahwa semuanya akan indah pada waktunya. Semua terjadi karena suatu alasan, and there isn't such a thing called lucky.

Ngomongin nikah merupakan hal yang sensitif di usiaku saat ini. Sebenernya menikah itu apa sih? When a guy kneel down in front of you and ask to marry him...? Stop dreaming, itu hanya terjadi di film..

Konon katanya menikah itu adalah ikatan luhur yang menyatukan dua orang manusia laki-laki dan perempuan. Eiiits... sekarang mah perkawinan sesama jenis dah dilegalkan jeung.. Idealnya menikah itu didasari atas nama cinta, tapi lain halnya dengan Siti Nurbaya. Emang hare gini masih musim kawin paksa? Siapa tau... Di luar sana masih ada orang tua kolot yang menginginkan mantu dari keluarga yang sederajat, dari suku bangsa tertentu, ras yang sama. Jangan sampai aja dari spesies yang berbeda, hehehe...

Klo gue simpel aja, buat legalitas bercinta, biar ga zina.. Pengakuan salah satu temenku. Apa?? Tapi memang benar sih.. Tapi apa iya menikah hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia? Menikah jika hanya didasari atas ketertarikan fisik maka tidak jauh berbeda dengan binatang. Bukan melulu kesucian diri yang mesti dijaga, tapi kesucian hati juga. Eleh...

Menikah artinya memiliki pasangan hidup. Sahabat setia yang selalu berada di samping kita, bersama dalam suka dan duka. Orang yang sama yang akan kita lihat di saat bangun dan terakhir menjelang tidur. Kek lirik lagu aja... Orang yang akan merawat kita di saat sakit dan tua nanti. Hoo.. iya kalo belum keburu cerai kek tren artis-artis sekarang... Makanya dalam menikah diperlukan suatu komitmen. Komitmen untuk memasang kacamata kuda, tidak melirik perempuan atau lelaki lain. Aduh... klo di sebelah loe Ferdi Nuril, emang loe ga ngelirik?? Maksudnya.. setia dengan pasangan, menerima segala kekurangannya. Kalau orang bilang, dengan menikah dia optimis bisa merubah sikap pasangannya, itu nol besar. Yang benar adalah menerima apa adanya.

Siapkah untuk berkomitmen? Komitmen tentunya mempunyai konsekuensi, hidup tidak akan seperti dulu. Kebebasan seseorang akan berkurang. Hanging out ama temen-temen tidak bisa sesering dulu, karena sekarang ada anak dan istri di rumah. Menikah adalah bagian dari proses pendewasaan diri. Seseorang dituntut untuk berkorban, berbagi, berkompromi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Jadi menikah tidak sesimpel yang mereka pikirkan. Sapa bilang nikah itu gampang, klo kawin mungkin iya, yee....

Menikah artinya membentuk keluarga. Jadi nanti dari dua orang itu akan muncul manusia-manusia lain yang akan mengisi pohon keluarga. Artinya akan muncul banyak hal yang sudah harus mulai dipikirkan, seperti dimana akan tinggal? Cukupkah semua kebutuhan dipenuhi dari satu sumber gaji? Ataukah keduanya harus bekerja? Bagaimana jika pekerjaan memaksa keduanya harus berpisah? Bagaimana dengan pendidikan anak? Jika mengikuti suami kerja di sulawesi, apakah pendidikan di sana semaju di tanah jawa? Atu-atu mikirnya neng... jangan keroyokan.. Itu adalah pertanyaan yang mesti dijawab agar diperoleh jawaban, siapkah dirimu untuk menikah? Siapppp grak.... Heh, serius niy...

Kesiapan materi juga perlu, tapi yang lebih penting adalah kesiapan memandang arti dari menikah. Umur juga sih... jangan kelamaan milih, nanti jadi bujangan lapuk.. Husss

Wednesday, July 15, 2009

belajar senyum


Ada orang yang terlahir cantik. Diapa-apain tetap aja cantik. Dunia memang bisa kejam jeung...Ada juga yang tipe photogenik. Ada juga yang kaku, ga bisa ngapa-ngapain di depan kamera. Posenya sama persis setiap kali dipoto. Bisa jadi karena orang itu emang dari sononya ga bisa berekpresi lepas di depan kamera, ada juga yang masih canggung. Tapi karena keseringan jadinya narsis, trus upload photo terus di facebook. Ayo ngaku..

Aku paling tidak bisa berekspresi kalau dipoto, jadi aku adalah realgenik. Heh? Istilah baru niy mba.. Temenku sampai geleng-geleng mengajariku berbagai macam pose senyum. Senyumnya jangan pelit, ga usah ditahan-tahan, giginya gapapa kelihatan, tapi jangan lebar-lebar, jadi kelihatan aneh. Hemm... dia aja yang ngeliat aneh, apalagi diriku..Jadi dimulailah ritual belajar senyum setiap bangun tidur di depan cermin. Tapi lama-lama aku menyerah juga, daripada menjadi manusia aneh.

Aku sebenernya tidak mengalami kesulitan untuk tersenyum, malahan murah senyum. Narsis mode dimulai.. Tapi ada mereka yang sangat pandai tersenyum. Bahkan mereka dapat berbicara sambil tersenyum. Beberapa diantaranya adalah Ganjar Pranowo, fungsionaris DPP PDIP. Jadi biarpun berdebat, pembawaanya yang kalem dan murah senyum tidak menyebabkan tensi debat naik.Meminjam istilahnya Cinta Laura, chill chill aja.. Ada lagi Anies Baswedan. Meskipun banyak publik yang beropini penampilannya menjadi moderator pada acara debat capres tidak sebaik moderator lainnya, tapi ketenangannya patutlah diapresiasi.

Menjelang Ramadhan

Ngga kerasa sebentar lagi masuk bukan ramadhan. Orang di rumahku udah heboh. Bukan heboh memperbanyak amalan, tapi heboh hunting tiket mudik. Yup, mudik adalah kebiasaan yang telah mendarah daging buat bangsa Indonesia. Tiket pesawat mesti jauh-jauh hari dipesan, kalau tidak harganya tidak ketulungan lagi. Buat trainer seperti diriku, maksudnya pengguna train, mesti sabar nunggu hingga H-30 buat antri tiket.


Ironis memang, tapi memang begitu adanya. Dua bulan menjelang ramadan sepatutnya digunakan untuk mempersiapkan diri, memperbanyak amal, mengqodo puasa dan berlatih puasa. Semacam warming up dulu biar ga kaget. Kuakui saat ini diriku masih suka menunda sholat. Dari 24 jam dalam sehari aku menggunakan tidak lebih dari satu jam untuk sholat, itu sudah terhitung untuk ambil wudhu sekaligus, sedangkan sisanya 23 jam, entah tidak tahu berlalu untuk apa. Berlagak lupa.. buat ceting n fesbukan, ya ga jeung?


Masih adakah bekas dari ramadhan tahun lalu? Banyak orang sangat antusias menyambut ramadhan, tapi begitu ramadhan usai, tidak sedikit yang kembali ke kehidupan awal. Ramadhan hanyalah satu bulan dari dua belas bulan dalam setahun.


Tapi akankah aku bisa menemui ramadhan tahun depan? Jadi teringat doa mendiang Taufik Savalas pada ramadhan terakhir dalam hidupnya. Dia menangis dalam doa, akankah dipertemukan dengan bulan ramadhan kembali.. Aduh, dah mulai ngomongn dalem niee... panas panas...


Karena ramadhan memang patut dinanti. Ramadhan adalah bulan obral rahmat, ampunan dan pahala. Klo ada year end sale aja semangat bu... Dan yang pasti ada satu malam pada bulan ramadhan yang dicari-cari umat muslim, malam seribu bulan.


Bagiku bulan ramadhan adalah charger buat jiwa dan imanku yang mulai busuk. Jadi.. marhaban ya Ramadhan..



Ramadhan datang alam pun riang


menyambut bulan yang berkah


umat berdendang kumandang azan


pertanda hati yang senang


hoo...


hati yang gembira


hoo...


penuh suka cita



(Ramadhan Datang by Tompi)


ppt. engineer

Lulus sebagai tukang metalurgist, tapi kerja sebagai juru ketik alias notulen. Kuliah bertahun-tahun mempelajari diagram fasa dan tanur listrik, sekarang ke pabrik pun tidak.Yup,.. ada pelacur disini, alias pelan-pelan curhat.. Tidak sedikit orang yang bekerja tidak sesuai dengan background pendidikan. Ada yang karena panggilan jiwa ada juga yang karena terpaksa. Sama dunk ama panggilan alam jeung, hehehe... Tidak masalah jika ternyata pekerjaan yang dilakoni tidak sama dengan kuliah, malahan banyak orang yang sukses dari menggeluti hobi. Tapi itu adalah sepersekian persen orang-orang kreatif yang menjadi entepreneur, sisanya sembilan puluh sekian persen adalah lulusan yang ngelamar kerja kemana-mana. Dengan kondisi saat ini, katanya sih krisis global tapi kayaknya Indonesia tenang-tenang saja, mencari pekerjaan itu susah. Jadi apapun itu diterima saja, asalkan dapur bisa ngebul. Dan mungkin aku termasuk dalam statistik itu. Paling bisa deh nyari pembenaran.. Bayangkan, baru-baru ini ada BUMN yang membuka lowongan untuk 49 posisi, sedangkan yang melamar hampir 20.000. Woww....

Dari metallurgical engineer sekarang aku bertransformasi menjadi power point dan excel engineer. Yang penting masih engineer, hehehe.. Kalau dulu aku memanfaatkan excel hanya buat ngitung dan bikin formula, sekarang aku baru tahu betapa hebatnya si excel ini. Mengolah data, membuat formula, grafik, sampai trik-trik kecil lainnya.

Sebagai new comer, selain menjadi notulen, seringkali kita juga yang disuruh membuat presentasi. Tapi bukan elo kan yang presentasi?? Aku cukup sebagai asrot saja, alias tukang sorot. Keseringan membuat presentasi akan meningkatkan daya imajinasi seseorang (eleh berlebihan..). Biar presentasi tidak monoton, maka slide harus dibuat semenarik mungkin, kalau perlu tambah animasi ini itu.

Kalau masalah mengetik cepat, jangan ditanya. Bukan cuma sepuluh jari tapi sebelas jari. Thanks to ym messenger.. ya elah jeung.. kerja apa ceting..? Kan chatting engineer juga.

dalam MEETING


Meeting adalah pekerjaan paling membosankan terutama bila keberadaan kita hanya sebagai objek pelengkap semata, antara ada dan tiada. Mau menguap saja susah. Itu mah tinggal latihan kembang kempis hidung doang neng... Ada orang yang kerjaannya meeting terus, seperti diriku. Meeting apaan, kerja kelompok kalee.. Tapi asik kalau melihat beberapa orang berkumpul beradu argumen. Ada yang muda, ada yang senior, ada manajer, ada anak buah. Ada yang dominan, ada yang defensif, ada yang optimistis, ada juga yang manggut-manggut saja. Mungkin itu adalah mereka yang mau menguap tapi tidak bisa. Ada juga yang dari tadi sibuk blackberry-an, weleh weleh..

Yang paling menarik adalah melihat cara mereka berbicara. Karena cara seseorang menyampaikan pendapat akan memperlihatkan kurang lebih manusia seperti apa mereka. Mana orang yang bisa menempatkan posisi, mana orang yang seenak udhelnya. Mana atasan yang bisa menghargai pendapat bawahannya, mana junior yang tahu unggah ungguh pada senior. Mana orang yang suka banget memotong omongan orang lain. Mana orang yang irit berbicara, tetapi sekali ngomong langsung mak nyuss.. Emang makanan apa? Seperti kejadian kemarin.

Bukan meeting sih, ... kerja kelompok ya neng? bukan juga. Cuma pemaparan yang diakhiri dengan diskusi. Kebetulan yang memberi paparan adalah profesor dari insitut teknologi terkenal di Bandung. Paparan yang disampaikan mungkin kurang menarik, itu terlihat dari raut muka peserta. Dan terus terang banyak yang garuk-garuk kepala karena informasi yang disampaikan kurang relevan. Bisa jadi karena beda merek, yang satu otak profesor yang lain otak pegawai...jadi susah nyambungnya. Itu adalah bahasa tubuh yang bisa dilihat. Tetapi atas nama kesopanan dan apresiasi, peserta tetap duduk di tempat, menyimak dan aktif terlibat diskusi. Tapi ada satu peserta yang mewakili generasi termuda dan idealis angkat bicara dan straight forward berkata bahwa paparan itu tidak ada relevansinya dengan kebutuhan saat ini. Kontan pandangan langsung tertuju pada si empunya suara. Ada yang lalu menundukkan kepala, itu diriku sih. Karena sebenarnya aku malu. Mungkin semua orang yang ada di ruangan itu sependapat dengan anak muda tadi. Tapi pendapat itu cukup terendap dalam pikiran, tidak perlu diutarakan.

Keterbukaan dan kebebasan berbicara memang diakui, tetapi juga perlu melihat tempat dan waktu. Kayak kamu ga pernah gitu aja neng...

Tuesday, July 14, 2009

Batas Normal

Baru-baru ini mbah Surip diwawancarai Kompas. Yang menarik tentangnya, diluar orangnya yang eksentrik, adalah pandangannya tentang hidup. Katanya selama ini dia belajar berbuat salah. Kalau belajar berbuat baik saja, tidak susah. Ha ha ha....

Salah dan benar merupakan dikotomi yang mempunyai pembeda. Ngomongin hukum, kita punya alat yang namanya KUHP untuk menindak orang-orang yang berbuat salah. Misalnya maling motor, pemerkosa, penipu, koruptor.. Tapi jeung ya, sudah jelas korupsi itu salah, ada hukumannya, kog masih banyak aja yang ngelakuin.. Ngomongin religi, ehem ehem.. buat mereka yang menyakini, salah benar dijelaskan dalam kitab suci masing-masing. Tapi kalau mau ngomongin salah benar dalam masyarakat, berarti kita ngomongin norma-norma masyarakat. Jadi teringat pelajaran PPKn sewaktu SD dulu..

Salah benar dalam masyarakat tidak ada pakemnya, tergantung tradisi dan kebudayaan setempat. Jadi lain orang Badui lain pula orang Madura. Itu mah.. lain ladang lain rumputnya kalee...

Sama halnya dengan batas kenormalan. Yang dianggap normal oleh komunitas A belum tentu normal bagi komunitas lainnya. Normal bagi orang B, belum tentu normal bagi orang di sekitarnya. Normal belum tentu baik. Normal bisa berbentuk negatif, asalkan ada kompromi dan penerimaan. Clubbing dulu diidentikkan dengan kehidupan malam yang hedon dan maksiat. Tapi saat ini bagi sebagian warga Jakarta, clubbing adalah aktivitas biasa di malam hari.

Kalau begitu siapa yang menentukan batas kenormalan manusia? Masyarakat atau individu? Manusia ga normal tuh sama dengan manusia ga waras neng... Tapi memang manusia bisa gila kalau berdiri menentang batas kenormalan manusia banyakan. Jadi normal adalah bentukan masyarakat.

Selama ini aku mati-matian belajar untuk menjadi normal. Menjadi normal dalam maksud diterima oleh orang lain. Aku tidak mau menjadi seorang freak. Sapa bilang freak, justru elo itu uniq... Tiap orang pingin jadi outstanding, elo malah pingin jadi mereka yang ada di distribusi normal..

Capek kalau terus mendengar masyarakat ngomong ini dan itu yang menurut mereka normal. Udah deh.. be yourself ajah..

Normal itu tidak ada batasnya karena saking banyaknya parameter normal. Dan yang pasti batas nomal dinamis terhadap waktu.