Thursday, July 16, 2009

ready to marry?

Oleh-oleh dari pulang kampung kemarin bukannya kripik nangka atau apel, tapi pertanyaan retoris. KAPAN? Tahulah maksudnya... Kapan mo married? Ditunggu loh undangannya.. Pertanyaan retoris karena memang tidak ada jawaban. Well, akunya yang tidak punya jawaban.. Tapi ternyata jawaban Maret, tahun ini, atau tahun depan, tidak akan bakal menghentikan pertanyaan orang-orang yang serba ingin tahu. Mereka ga semata ingin tau kalee... mo ngingetin ajah.. Setelah menikah nantinya kita akan ditanya, kapan niy ada momongan? Belum juga berhenti sampai di situ. Habis itu akan ditanya, si kecil kapan dapat adek lagi? Capek deh klo dengerin omongan orang. Kayaknya mendingan dirimu, aku abis married malah ditanya, mana suaminya? Sebel... Keluh temenku yang setelah menikah terpaksa harus hidup terpisah. Sang istri sedang menuntaskan master di bandung, sedangkan sang suami menjadi bujangan lokal di pedalaman Kalimantan.

Menurutku kita belum dikasih karena memang kita belum siap. Ada waktunya sendiri buat masing-masing orang. Tidak semuanya bisa diraih dalam sekali waktu. Tapi percayalah bahwa semuanya akan indah pada waktunya. Semua terjadi karena suatu alasan, and there isn't such a thing called lucky.

Ngomongin nikah merupakan hal yang sensitif di usiaku saat ini. Sebenernya menikah itu apa sih? When a guy kneel down in front of you and ask to marry him...? Stop dreaming, itu hanya terjadi di film..

Konon katanya menikah itu adalah ikatan luhur yang menyatukan dua orang manusia laki-laki dan perempuan. Eiiits... sekarang mah perkawinan sesama jenis dah dilegalkan jeung.. Idealnya menikah itu didasari atas nama cinta, tapi lain halnya dengan Siti Nurbaya. Emang hare gini masih musim kawin paksa? Siapa tau... Di luar sana masih ada orang tua kolot yang menginginkan mantu dari keluarga yang sederajat, dari suku bangsa tertentu, ras yang sama. Jangan sampai aja dari spesies yang berbeda, hehehe...

Klo gue simpel aja, buat legalitas bercinta, biar ga zina.. Pengakuan salah satu temenku. Apa?? Tapi memang benar sih.. Tapi apa iya menikah hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia? Menikah jika hanya didasari atas ketertarikan fisik maka tidak jauh berbeda dengan binatang. Bukan melulu kesucian diri yang mesti dijaga, tapi kesucian hati juga. Eleh...

Menikah artinya memiliki pasangan hidup. Sahabat setia yang selalu berada di samping kita, bersama dalam suka dan duka. Orang yang sama yang akan kita lihat di saat bangun dan terakhir menjelang tidur. Kek lirik lagu aja... Orang yang akan merawat kita di saat sakit dan tua nanti. Hoo.. iya kalo belum keburu cerai kek tren artis-artis sekarang... Makanya dalam menikah diperlukan suatu komitmen. Komitmen untuk memasang kacamata kuda, tidak melirik perempuan atau lelaki lain. Aduh... klo di sebelah loe Ferdi Nuril, emang loe ga ngelirik?? Maksudnya.. setia dengan pasangan, menerima segala kekurangannya. Kalau orang bilang, dengan menikah dia optimis bisa merubah sikap pasangannya, itu nol besar. Yang benar adalah menerima apa adanya.

Siapkah untuk berkomitmen? Komitmen tentunya mempunyai konsekuensi, hidup tidak akan seperti dulu. Kebebasan seseorang akan berkurang. Hanging out ama temen-temen tidak bisa sesering dulu, karena sekarang ada anak dan istri di rumah. Menikah adalah bagian dari proses pendewasaan diri. Seseorang dituntut untuk berkorban, berbagi, berkompromi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Jadi menikah tidak sesimpel yang mereka pikirkan. Sapa bilang nikah itu gampang, klo kawin mungkin iya, yee....

Menikah artinya membentuk keluarga. Jadi nanti dari dua orang itu akan muncul manusia-manusia lain yang akan mengisi pohon keluarga. Artinya akan muncul banyak hal yang sudah harus mulai dipikirkan, seperti dimana akan tinggal? Cukupkah semua kebutuhan dipenuhi dari satu sumber gaji? Ataukah keduanya harus bekerja? Bagaimana jika pekerjaan memaksa keduanya harus berpisah? Bagaimana dengan pendidikan anak? Jika mengikuti suami kerja di sulawesi, apakah pendidikan di sana semaju di tanah jawa? Atu-atu mikirnya neng... jangan keroyokan.. Itu adalah pertanyaan yang mesti dijawab agar diperoleh jawaban, siapkah dirimu untuk menikah? Siapppp grak.... Heh, serius niy...

Kesiapan materi juga perlu, tapi yang lebih penting adalah kesiapan memandang arti dari menikah. Umur juga sih... jangan kelamaan milih, nanti jadi bujangan lapuk.. Husss

4 comments:

  1. harus aku akui, tulisanmu hidup ning. bahasanya seperti berbicara bisa membuat pembacanya seolah2 mendengarkan. tapi tapi, kok komenku ga muncul2 ya dari kemarin..

    ReplyDelete
  2. makasih banyak fiksi... u're my first reader. thanks for comment :D

    ReplyDelete
  3. Punten, biasanya gw paling males baca. Buku2 (yang diluar bidang profesi gw), novel, ato tulisan2 apapun yang gak ada gambarnya (macem komik). Tapi setelah baca tulisan2 anda, beda banget yah. Jadi addicted baca (blog ini doang).
    Makasih ya jeung..

    ReplyDelete
  4. makasih benye... sebenernya addicted tuh ga bagus loh, tp klo yang ini dimaafkan... (hehehe.. ada maunya). keren euy, gitar bikinannya... ;) (liat di fesbuk, qiqiqiqi)

    ReplyDelete